Walau Stroke, Tetap Mengajar Baca Al-Qur’an, Harapannya bikin Iba

Berita766 Views

Mataram – Ahmad Nurudin (43), warga Suradadi Kelurahan Karang Baru Kecamatan Selaparang Kota Mataram tak mau menyerah dengan keadaan.

Walau terkena serangan stroke sejak 2015, namun ia tetap berikhtiar untuk bisa memenuhi kebutuhan keluarga.

“Pertama kena stroke 2015. Kemudian terkena lagi 2018,” tutur Ahmad saat bincang dengan. BERBAGI NEWS beberapa waktu lalu.

Menurut Ahmad, berdasarkan analisa dokter bila seseorang terkena stroke pertama kali maka kemampuan beraktifitasnya sudah berkurang 20 persen. Bila terkena stroke untuk yang kedua kalinya, maka kemampuannya berkurang 20 persen lagi.

Setelah dua kali terkena stroke, Ahmad mengaku tubuh sebelah kirinya dari bagian tangan hingga kaki tidak dapat digunakan secara sempurna.

Praktis, kondisi tersebut membuat Ahmad tidak dapat melakukan aktifitas secara normal sehingga untuk mencari pekerjaan ia mengalami kesulitan.

Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya bersama seorang istri dan empat orang anaknya, Ahmad membuka kios kecil di rumah kontrakannya di daerah Desa Terong Tawah Labuapi Lombok Barat.

Selain itu, ia dan keluarga juga menerima laundry dan menjualkan parcel jika sore hari di sekitar jalan by pas menuju bandara.

Walau belum mampu memenuhi semua kebutuhan keluarganya, Ahmad juga menyisihkan waktunya untuk mengajar belajar membaca Alquran bagi anak-anak tetangga.

“Tidak dipungut biaya tapi kalau ada yang mau ngasih..silahkan.. seikhlasnya,” katanya.

Dengan usaha yang digelutinya bersama keluarga, Ahmad bisa memenuhi kebutuhan hidupnya walau ala kadarnya.

sayangnya, hingga kini ia belum mampu mewujudkan impian bagi keluarga yakni membuatkan rumah, tempat berlindung dari panas dan hujan bagi keluarganya.

“Ada lahan  warisan sekitar 50 meter persegi tapi biaya buat membangun tidak ada.  Semua hasil usaha

Untungnya dengan keuletan dan kesabaran, Ahmad mampu memberikan pendidikan bagi anak-anaknya. Dimana, anak pertama kini sedang menempuh pendidikan di salah satu perguruan tinggi di Mataram dengan KIP kuliah.
Namun, biaya pendidikan bagi anak kedua hingga keempat harus ditanggung sendiri.

“Ini yang menjadi beban,” katanya.

Ahmad berharap, ada jalan terbaik dalam mewujudkan impiannya yaitu membangun tempat tinggal dan biaya pendidikan bagi anak-anaknya.